Selasa, 20 November 2012

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 SURAKARTA


LAPORAN KEGIATAN
PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DI MADRASAH TSANAWIYAH NEGERI 1 SURAKARTA

Laporan ini disusundan di ajukan guna memenuhi persyaratan mata kuliah
Program Pengalaman Lapangan (PPL)



Disusun Oleh :
Bambang Supriyadi
A 410090142

Teori Perkembangan Kognitif Piaget dan Implikasi dalam Pembelajaran Matematika

PENDAHULUAN
Tinjauan Sejarah
Jean Piaget lahir pada tanggal 9 Agustus 1898 di Neuchatel, Swiss. Ayahnya adalah seorang ahli sejarah dengan spesialisasi abad pertengahan. Ibunya adalah seorang yang dinamis, inteligens, dan taqwa. Sewaktu mudahnya, ia tertarik pada alam dan senang mengamati burung-burung, ikan, dan binatang lainnya di alam bebas, sehingga akhirnya tertarik pada pelajaran biologi di sekolah. Sejak umur 10 tahun ia telah menerbitkan karangan pertamanya tentang burung “Pipit Albino” pada majalah ilmu pengetahuan alam. Pada umur 15 tahun ia menolak tawaran sebagai curator koleksi moluska di museum Ipa di Geneva, karena ingin menyelesaikan sekolah menengahnya.
Pada tahun 1916, Piaget menyelesaikan pendidikan sarjana bidang biologi di Universitas Neuchatel. Pada usia 21 tahun ia telah menyelesaikan disertasi tentang moluska dan memperoleh gelar doctor filsafat. Setelah menyelesaikan pendidikan formal, Piaget memutuskan untuk mendalami psikologi di Zurich. Pada tahun 1919, ia meninggalkan Zurich dan pergi ke Paris. Selama dua tahun, ia tinggal di Universitas Sorbonne, belajar psikologi klinis,logika, serta epistemology. Pendalamnya tentang filsafat meyakinkannya bahwa perlunya pemikiran spekulasi murni dilengkapi dengan pendekatan ilmu pengetahuan yang faktual.

Senin, 19 November 2012

Adu Cepat Hafal Perkalian Dasar


Cepat hafalan perkalian dasar adalah salah satu kunci kebeerhasilan belajar matematika di tingkat sekolah dasar. Kurikulum pengajaran matematika di kelas 2 mulai mengenal makna perkalian sebagai penjumlahan yang berulang. Murid biasanya akan dikenalkan konsep perkalian bahwa 2 x 3 itu bermakna 3 + 3 dan bukan 2 + 2 + 2 walaupun keduanya memberikan hasil yang sama.

Sejalan dengan pemahaman murid pada konsep perkalian, alangkah sebaiknya jika murid juga menghafalperkali8an dasar tersebut. Menghafal perkalian dasar memudahkan mereka untuk mengerjakan soal-soal yang diberikan baik dalam materi bilangan maupun materi lainnya. Selain itu menghafal perkalian dasar memudahkan murid ketika harus berhadapan dengan perkalian yang lebih kompleks.

Namun tak bisa dipungkiri banyak sekali murid yang tidak menghafal perkalian dasar. Penyebabnya biasanya karena “malas” atau tidak merasa membutuhkan. Untuk menghadapi hal seperti ini, sebagai guru hendaknya memberi murid target untuk menghafal perkalian dasar secara perlahan. Setiap kali pembelajaran murid harus “setor” hafalan mereka. Dan kemudian diberi pertanyaan satu per satu. Jika sudah hafal perkalian 2, maka di pertemuan selanjutnya mereka harus menyetor perkalian 3.