Selasa, 25 Desember 2012

HARUSKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DIKAITKAN DENGAN KEHIDUPAN NYATA

"pembelajaran matematika harus dikaitkan dengan kehidupan nyata". Kalimat ini sudah sering didengungkan oleh para pakar pendidikan, terutama pendidikan matematika. Begitu pula dengan para orang tua yang berpendapat bahwa cara terbaik untuk menjelaskan konsep-konsep matematika adalah dengan menggunakan kasus-kasus dalam kehidupan nyata. Namun, para peneliti dari Ohio State University menemukan sesuatu yang mengejutkan. Mahasiswa yang diberi penjelasan konsep matematika dengan menggunakan kasus-kasus realistik justru tidak bisa menggunakan pengetahuannya untuk situasi-situasi yang baru.
SIMBOL
Penelitian ini dipimpin oleh Jenifer Kaminski dan dipublikasikan di jurnal SCIENCE. Ia menemukan bahwa mahasiswa yang diberi pelajaran matematika dengan menggunakan simbol-simbol abstrak justru lebih bisa menerapkan pengetahuannya.
"Penemuan ini menimbulkan keraguan  terhadap cara mendidik yang sudah kita percayai selama ini". demikian kata asisten peneliti Vladimir Sloutsky. "Kita sudah sangat mempercayai metode pembelajaran dengan menggunakan kasus-kasus nyata, dan hal ini sekarang dipertanyakan". Para peneliti memeriksa daya tangkap mahasiswa dalam mempelajari konsep-konsep dasar matematika semisal hukum komutatif dan assosiatif, yaitu sebagai contoh belajar bahwa 2+3 sama dengan 3+2. Beberapa mahasiswa diajari dan diminta mengerjakan soal dengan menggunakan notasi simbolis. Mahasiswa yang lain diajar dengan menggunakan kasus-kasus yang nyata, semisal menggunakan kasus mengukur banyaknya air dalam tempat penampungan air dan menghitung berapa banyaknya bola yang ada pada sebuah keranjang bola.
Setelah diajari dengan menggunakan beberapa teknik pengajaran, mereka mengikuti tes pilihan ganda. Pada tahap ini sebagian besar mahasiswa dapat menerapkan pengetahuan yang telah mereka dapatkan, namun pada saat ini disuguhkan soal-soal baru yang menuntut penerapan prinsip, mereka yang belajar dengan menggunakan simbol-simbol abstrak dapat mengerjakan jauh lebih baik. Soal-soal baru yang digunakan pada eksperimen ini merupakan soal permainan yang belum pernah ada sebelumnya, di mana dibutuhkan konsep-konsep matematika yang baru saja dipelajari untuk memecahkannya.
Mahasiswa kemudian diberikan suatu tes kecil. Mereka yang belajar dengan menggunakan simbol-simbol abstrak dapat menjawab delapan puluh persen pertanyaan dengan benar. Sedangkan mereka yang belajar dengan menggunakan contoh-contoh kehidupan nyata memperoleh hasil yang tidak sebaik itu.
CONTOH NYATA
Dipercobaan lain, mahasiswa yang diajari dengan menggunakan contoh-contoh kehidupan nyata diminta untuk membandingkan dan mencari apa yang serupa dari contoh-contoh tersebut. Mereka selanjutnya diberi tes kecil lagi,dan memang mereka mengalami peningkatan, namu tidak sebanding dengan mahasiswa yang diajari dengan simbol-simbol abstrak. Para peneliti berpendapat bahwa hanya ada beberapa orang yang mendapatkan keuntungan lebih dari pembelajaran matematka dengan menggunakan kasus-kasus nyata.
Untuk eksperimen tekahir, para mahasiswa yang diajari dengan menggunakan kasus-kasus nyata kembali diberi pelajaran dengan menggunakan simbol-simbol abstrak. Pada hal ini mereka yang belajar hanya menggunakan simbol-simbol abatrak tetap menggunakan simbol-simbol abstrak tetap dapat mengaplikasikan pengetahuannya dengan lebih baik. Para peneliti menduga bahwa contoh-contoh kehidupan nyata mengandung terlalu banyak informasi yang akhirnya mengaburkan konsep matematika yang ada di dalamnya.
"kita benar-benar perlu membedah dan mewarnai konsep-konsep variabel dan bilangan. Para mahasiswa akan lebih siap untuk menerapkan konsep-konsep tersebut ke berbagai macam situasi"kata Kaminski.
Peneliti-peneliti ini berharap, temuan merekan akan menimbulkan perdebatan mengenai cara pembelajaran matematika yang paling efisien.

referensi KLIK DI SINI

Tidak ada komentar:

Posting Komentar